Postingan

Kepala Tanpa Ekspektasi

Terbangun, menunggu, berharap. Namun rupanya, tak kunjung abu berganti biru. Marah. Pagi ingkar janji, katamu. Padahal, ia sama sekali tidak. Pada akhirnya, kepala tanpa ekspektasi akan jadi satu yang paling bahagia. Walau realitanya, itu nggak akan ada. Satu-satunya cara untuk tetap bahagia adalah mengisi hati dengan prasangka baik. Sulit, pasti. Tapi, yang kau sebut semesta itu selalu punya cara untuk membuatmu belajar. Bahwa berhenti mengeluhkan sedikit yang tak kau punya, jauh lebih menenangkan.

It's alright to not be fine~

Iya, sesekali kita memang perlu menengok ke belakang, dan lihat pencapaian-pencapaian yang sudah kita raih. Hanya sedikit, mungkin. Tapi tak apa, setidaknya kita terus melangkah maju. Dan kita jugalah orang pertama yang wajib mengapresiasi setiap langkah yang kita buat. Sesekali, kita juga mungkin merasa sedang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan itu. Luka tidak akan kering jika terus menerus ditutup bukan? Maka, sembuhkan lah. Mungkin, kita tidak sebaik orang lain di luar sana dalam menjalani peran dalam kehidupan. Tapi, bukan berarti kita gagal. Kira-kira begini, kata Dory temennya Nemo: When life gets you down, do you wanna know what you've gotta do? Just keep swimming!

Tentang Malam dan Renung yang Redam

Tatkala laguh-lagah dunia berganti senyap, ingar-bingarnya terusir pekat. Tak perlu kau sesalkan pagi yang ingkar janji, siang yang tak melulu senang, juga senja yang tak seindah ujar pujangga. Bersujudlah, biar air mata menguap ke seluruh penjuru angkasamu. Sebagai bentuk sesal atas segala angkuh, dan kepasrahan bahwa suatu hari ‘kan kembali. Setelahnya, cukup pejamkan mata, bolehlah sesekali berkedip. Denyut waktu yang akan pegang kendali mengantarmu pada pagi. Pertanda belum habis kesempatan siapkan bekal. Saat akhirnya surya menyapa, kau biarkan sepasang cangkir menyeruakkan aroma kopi ke setiap sudut ruang. Kau sesap dalam-dalam dengan ia sang penyempurna diri. Tak lupa juga panjatkan doa dan bait syukur seraya jalani peran beriringan. Bersama, tumbuh, kuat dan menyayangi.

Untukmu

Gambar
Dulu, aku -dan mungkin juga kau-, pernah terbelenggu oleh paragraf-paragraf patah hati. Pernah jatuh terlalu dalam ke jurang yang orang sebut cinta, hingga jutaan wajahnya menguasai kepala. Pernah lupa, bahwa hati ini tak sendiri mengatur dirinya. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya usia, kita belajar. Perlahan memantaskan diri, menebar benih mimpi, dan tak lupa mengalirkan bait-bait doa, terus dan terus. Sampai pada akhirnya, hari bahagia itu datang. Dia mempersatukan kita pada satu titik temu. Kau adalah teman. Kau adalah jawaban. Kau adalah anugerah terindah yang Allah kirim untuk menemaniku di dunia, dan kuharap di surga-Nya kelak. Terima kasih telah hadir dan mengisi lembaran baru hariku, Galih :)  

Perlahan

Semakin dekat dan siap dan yakin dan pasrah.

Selingan

Tiap kepala sibuk dengan hp masing-masing. Laptop yang masih menyala hanya sebatas formalitas. Dua puluh empat menit menuju jam pulang sekaligus tanda berawalnya akhir pekan membuat jiwa-jiwa sang pemilik kepala berhamburan ke cakrawala. Here we are, para developer yang ngakunya gabut tapi ntar kelabakan di detik-detik terakhir.  Hehe. Nggak deng, kita rajin kok ;)

Bagian Kedua

Hai, aku kembali, dengan cerita bagian kedua seperti yang kujanjikan. Selamat membaca! Bumi berotasi setiap hari. Manusia juga. Aku juga. Ada banyak fase dalam kehidupan. Susah senang, sedih bahagia, tawa, dan luka. Kita tak bisa diam di tempat, mengamati setiap perubahan yang terjadi di sekeliling tanpa ikut terpengaruh barang sedikit. Tidak bergerak dan membiarkan semua terjadi sesuai keinginan. Tidak. Tidak seperti itu. Manusia bertemu dan berpisah. Mendapatkan lalu kehilangan. Datang kemudian pergi. Dalam perjalanan, aku mengalami berbagai peristiwa. Dua yang belum lama terjadi adalah tentang kedatangan, dan kepergian. Seorang bayi laki-laki hadir, menambah daftar nama di keluarga besarku. Rasa bahagia kami turut lahir bersamanya. Tingkahnya yang menggemaskan membuat kami jatuh hati berulang kali. Perjuangan kedua orang tuanya -kakak sepupuku dan suaminya- mengingatkanku akan cinta tanpa syarat yang kudapatkan dari kedua orang tuaku selama ini. Selamat datang, adik ke