Perhatian.

Bukan kebetulan ketika 'dipertemukan' dengan gambar itu di timeline LINE. Entah dari akun apa, terlalu banyak akun serupa yang dishare oleh sekian banyak orang sehingga sampai di timeline-ku.
Kemudian, sambil tertawa kecil kubayangkan lanjutan dari percakapan tersebut. Iseng, sih.

Co: *main basket*
Ce: *nontonin cowonya main*
Co: *ngeshoot dari garis 3point dan masuk, senyum ke arah cewenya sambil teriak* "SAYANG SHOOT YANG TADI BUAT KAMU YAA"
Ce: *tersipu malu*
beberapa menit kemudian...
Co: *berhasil ngeshoot dan masuk lagi, senyum ke arah cewe lain sambil teriak* "SAYANG, KALO SHOOT YANG INI BUAT KAMU"
Ce: *shock* *belum sempat marah, cowonya ngeshoot lagi, masuk*
Co: *merangkul teman satu timnya -yg juga cowo- lalu berbisik* "Kalo yang ini, khusus buat kamu sayang..."
...
...
...

Oke. Garing. Tapi percayalah, bukan maksud ngelucu. Entah mengapa percakapan lanjutan itu muncul dan mengalir begitu saja dalam pikiran. Jangan dianggap serius, hanya saja, percakapan di atas -khususnya yang original, sebelum kulanjutkan dan menjadi absurd- membuatku berpikir:
Kenapa kita sangat senang mendapat perhatian dari orang lain, khususnya lawan jenis. Atau yang sering orang bilang belakangan ini, mmm, 'baper'. Bawa perasaan. Kemudian dengan hadirnya perhatian-perhatian itu kita merasa perlu untuk membalasnya. Dengan perhatian juga, ataupun hal lain. Padahal, perhatian yang datang dari mereka belum tentu tulus. Kalau pun tulus, pantaskah kita untuk jadi 'baper'?

Hmm, mungkin 'baper' memang manusiawi.
Tapi kemudian, pernahkah kita berpikir untuk melakukan itu pada orang-orang terdekat dalam hidup kita? Orang tua, keluarga, sahabat. Pernahkah? Maksudku, ya, membalas perhatian-perhatian mereka. Perhatian-perhatian sederhana yang sangat sering mereka lakukan.

Ibu yang selalu bilang "Hati-hati, Da, palaur" dengan raut wajah khawatir setiap kali aku mengangkat panci berisi air panas untuk mandi di malam hari. Aku membalasnya dengan anggukan dan senyum. Ia tak pernah bosan mengatakannya meskipun itu bukan kali pertama aku mengangkat panci berisi air panas. Bahkan, itu hal mudah yang sudah terbiasa kulakukan setiap pulang kuliah malam. Jarak yang jauh dari kampus membuatku sering tiba di rumah setelah gelap. Tapi perhatiannya tak pernah surut. Hari-harinya diisi dengan doa untukku dan keluarga. Tak seperti aku, yang seringkali melupakannya.

Begitu juga ayah. Yang dengan sindiran-sindirannya, kadang membuat aku kesal. Tapi sekesal apapun, rasa sayang tentu mengalahkannya. Aku tersenyum kecil tiap kali ayah menyindirku dengan kalimat, "Jam berapa, neng?" ketika aku pulang terlalu malam. Dan meskipun terkadang aku menunduk sambil menyembunyikan air mata yang mulai menetes setelah kau marahi, engkau tetap menjadi ayah terbaik yang selalu berharap aku tumbuh menjadi seorang yang kuat.

Satu lagi, adik. Dengannya aku berbagi setiap hal yang telah terjadi. Penting ataupun tidak. Ia selalu membuatku tertawa sedetik setelah kuutarakan masalah-masalah yang tengah melanda. Dan seketika, masalah yang tadinya seberat gunung itu sirna. Hanya dengan mendengar canda dari bibirnya. Ia yang menggerutu memintaku untuk lebih cepat menyelesaikan tugasku agar ia bisa meminjam laptop yang kugunakan. Aku merasa berguna karena terkadang berhasil membantunya menyelesaikan PR sekolah yang ia bilang "Lieur pisan". Kadang aku terlalu kasar padanya, hal yang bagiku sangat penting baginya adalah hal sepele. Kami pribadi yang sangat berbeda. Namun, apalah arti  perbedaan jika nyatanya kami saling melengkapi dan menjadi sangat kompak karenanya.

Tiga per sekian. Masih banyak orang yang seharusnya kubalas perhatiannya, kasih sayangnya. Masih banyak yang lebih penting daripada memikirkan satu orang yang belum tentu memikirkanku. Dan tentu, ada Allah di atas segalanya. Kepada-Nya lah aku harus banyak bersyukur, meskipun nikmat yang Dia beri akan selalu lebih banyak dibandingkan dengan ucapan syukurku.

Begitulah, renungan singkatku malam ini. Maaf bila sedikit berlebihan. Oiya, kata temanku, baper itu arti sebenarnya adalah bawa paper. Abaikan, efek tugas Grafika Komputer.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume RE: Menyolder, Membuat Rangkaian Seri dan Paralel

#Sistem Basis Data: E-Ticketing Kereta Api

Di Balik Sebuah Buku