Benarkah Sabar Ada Batasnya?
gambar dari [sini] |
"Orang sabar disayang Tuhan, sabar teuing teu kabagean~"
Haha.
Candaan jaman smp yang masih terngiang sampai saat ini.
Tapi, pernah kepikiran kah, ada atau tidaknya batas dari sabar itu sendiri. Kalau memang ada, apa?
Innallaha ma'ashobirin
Sesungguhnya Allah itu bersama orang yang sabar.
Nah, itu jawabannya. Sabar itu, sampai kapan kita mau tetap bersama Allah. Selama kita masih mau bersama Allah, bersabarlah. Karena, iman itu setengahnya adalah syukur, dan setengahnya lagi sabar.
"Sungguh jika kamu bersyukur, niscaya Kami akan menambah (nikmat) kepadamu." (QS. Ibrahim : 07)
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Azzumar : 10)
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali Imran :200)
Sabar itu ada tiga. Pertama, sabar dalam ketaatan.
Dalam ketaatan kepada sang Pencipta, kita pasti akan diberikan ujian. Contoh sederhananya, menahan godaan pengen nyontek waktu ujian, haha. Iya, gimana nggak tergoda, pengawas gak acuh, posisi duduk strategis, kanan kiri udah gak tenang.
Itu dia ujiannya, tinggal kita pilih. Nyontek, atau berusaha sampai titik akhir.
Kemana pun kita pergi, Allah akan selalu memberikan ujian. Allah akan menguji di titik-titik terlemah kita. Pertanyaannya, akankah bertahan dalam sabar?
Kedua, sabar dalam tidak melakukan maksiat.
Tahan diri. Untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan agama. Ini tentu butuh proses, sedikit-sedikit, sampai benar-benar gak dilakukan lagi.
Ketiga, sabar dalam menghadapi ujian.
Takdir Allah itu, ada yang menyenangkan, dan ada juga yang terasa pahit (yaa paling tidak itu yang kita rasakan, padahal kan belum tentu yang pahit itu buruk buat kita). Misalnya kita kehilangan sesuatu yang berharga, atau seseorang. Kadang, Allah mengambil apa yang kita cintai untuk mengetahui, kita lebih cinta kepada siapa.
Kalau ada kesusahan, cari Allah dulu, baru manusia. Bukan sebaliknya (sebenernya, ini sindiran buat aku sendiri sih huhu) :')
Curhat ke manusia itu untuk mencari solusi, bukan untuk mengadukan takdir kita.
Jangan sampai terucap "Kenapa harus aku?", atau "Ya Allah meni kieu-kieu teuing...", hehe.
inspirasi: Kalkulus FPMIPA, April 2015
#9Ramadhan
Komentar
Posting Komentar
komentar anda, semangat saya :)))