Janji Mama

Haca memandangi sebuah boneka teddy bear besar di dalam toko mainan di pinggir jalan yang sedang ia lalui.
"Sabar ya sayang, nanti kita pasti beli kok...", ujar mamanya iba. Hari itu mama Haca lupa membawa dompet. Lalu, seorang anak seusia Haca masuk ke toko tersebut bersama ibunya dan keluar membawa teddy bear yang Haca inginkan. Haca terus memandangangi sedih anak tersebut hingga mama menuntunnya pulang.
***
Satu bulan kemudian, mama dan papa Haca ditugaskan untuk bekerja di Singapura selama satu minggu. Meskipun sudah sering ditinggal bekerja dalam waktu yang lama, kali ini Haca agak rewel. Mungkin karena lokasinya yang jauh.
"Ma...jangan kerja mulu dong, ntar Haca main sama siapa?", ujarnya manja saat mama sedang menyiapkan barang-barang bawaan pada malam sebelum berangkat.
"Kan ada Bik Suci sayang...lagipula kamu kan harus sekolah, kalau di rumah sepi, ajak main aja temen-temenmu ke rumah...", jawab mama lembut. Melihat Haca yang masih murung, mama pun merayunya kembali. "Hmm...gimana kalau mama kasih oleh-oleh?!", seru mama bersemangat sambil mencubit gemas pipi Haca, "Nanti mama beliin teddy bear besar kayak yang di toko waktu itu deh...yang lebih bagus malahan!", lanjut mama. Senyum Haca mengembang. Ia memeluk mamanya seraya berkata, "Asiiiikkk, makasih ya ma...", tiba-tiba ia melepaskan pelukannya dengan dahi berkerut. "Tapi...mama nggak bohong kan? Mama janji kan mau beli boneka itu buat Haca?", ia memastikan. Mamanya mengangguk dan mengangkat kedua jarinya, "Janji bos!".
"Oke deh ma, Haca juga janji, pas mama pulang minggu depan, rumah kincloooonggg! Hehehe..."
Namun, malam itu Haca tetap tidur dengan gelisah, sesuatu mengganjal di hatinya.
***
Tak terasa seminggu sudah orang tua Haca bekerja di Singapura. Hari-hari telah berhasil Haca lalui dengan mengajak teman-temannya bermain ke rumah, bersepeda, atau pun kegiatan lainnya. Sesuai dengan janjinya pada mama, siang ini Haca bergegas pulang dan mendapati Bik Suci sedang menyapu.
"Bik...Bik Suci...Haca aja ya yang nyapu...", serunya bersemangat.
"Wah, susah ini non...Non Haca ngelap kaca aja, nih udah bibik siapkan. Tapi Hati-hati ya...", jawab Bik Suci. Haca mengangguk dan segera mengerjakan tugasnya tanpa banyak bicara.
***
Semua pekerjaan selesai. Haca bersandar di sofa karena lelah. Angin yang berhembus dari jendela di ruang keluarganya membuat ia tidak dapat menahan rasa kantuk hingga akhirnya terlelap.
"Kriiinngggg", dering telepon membangunkan Haca. Ia mengangkatnya sambil masih terkantuk-kantuk, "Halo?".
"Dengan dek Haca ya? Maaf ini Om Aji, teman papa Haca...", ujar orang di seberang. Haca berpikir mengingat-ingat wajah orang bernama Om Aji itu sampai memorinya menangkap sebuah wajah berwibawa yang ia ingat pernah berkunjung ke rumahnya beberapa waktu lalu. "Pesawat yang ditumpangi mama dan papa Haca mengalami kecelakaan. Semua penumpang meninggal termasuk mama dan papa..."
Haca terbangun. Mimpi tadi sukses membuat air matanya mengalir deras. Bik Suci datang dan terkejut.
"Ya ampun non...Ada apa?"
"Haca...hiks, mimpi...Mama dan...papa...hiks, meninggal..Huaaaaa", tangisnya pecah.
"Oh...Nggak kok non, itu cuman mimpi, mama dan papa pasti baik baik aja kok...", bik Suci menenangkan.
"Kriiingggg...", tiba-tiba telepon berdering. Bik Suci segera mengangkatnya. "Apaaaa?!", serunya terkejut. Kemudian ia memandang Haca sedih.
***
Panti Asuhan Bahagia terlihat lebih ramai pagi itu. Tentu saja karena kehadiran Haca yang akan segera menjadi penghuni baru panti tersebut. Bik Suci sudah tidak mampu membiayai sekolah Haca setelah membiayainya selama satu tahun sehingga akhirnya Haca ia titipkan di sana.
"Hey, namamu Haca kan? Aku Rima...", seru anak yang sekamar dengan Haca ramah. Haca mengagguk. "Kamu tau nggak, Haca itu nama teddy bear kesayanganku loh...", lanjutnya.
"Oh ya?", seru Haca bersemangat. Ia memang masih mengharapkan sebuah teddy bear karena tragedi kecelakaan pesawat tahun lalu membatalkan semuanya. "Kenapa dinamakan Haca?"
"Tahun lalu, aku jalan-jalan di pantai waktu sedang liburan, aku lupa nama pantainya apa, tiba-tiba aku nemuin kotak plastik besar yang akhirnya aku bawa ke rumah...dulu sih aku masih punya rumah...hehe", tawanya mengenang masa lalu sambil memperlihatkan boneka teddy bear besar kepada Haca. Haca tersentak sebentar, setelah itu tersenyum. Haca tahu benar bahwa sebenarnya inilah boneka yang akan diberikan mama padanya. Mirip sekali dengan yang ia lihat di toko, dan di belakangnya tertulis 'Haca'.


(Yeah, cerpen pertama -yg berani dipost-! Akhirnya berani ngepost juga karena sebelum2nya selalu dihapus lagi setelah dipost, sekarang belajar pede sedikit biarpun masih jelek banget, haha. Kritik saran makian pujian dan lain-lainnya ditunggu banget ya, thanks before kawan ;))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume RE: Menyolder, Membuat Rangkaian Seri dan Paralel

#Sistem Basis Data: E-Ticketing Kereta Api

Di Balik Sebuah Buku