curahan hati

hey, aduh gile ya pagi-pagi curhat. Woy!!! bukan curhat yang mellow abis itu sedih-sedihan nangis-nangis bareng-bareng pulang-pulang hujan-hujanan. Waw, jadi banyak kata ulangnya gini? Yang jelas mau mengadukan kekesalan sedari tadi yang dipendam sendiri huahahahaha.
Oke, gue mulai serius. Di saat-saat penting kayak gini, dimana tingkat kenarsisan dalam otak sedang melunjak tinggi hampir mencapai titik maksimal, gue gabisa masukin gambar. Well, foto-foto bareng temen esde yang sudah dipersiapkan sejak malam kini terpampang pasrah di dalam folder berjudul 'samatemen' di komputerku. Goooood (god, bukan good) help me pleaseeee

yaampun yaaaah, yaudah deh, buat ejet terutama yang suka ngoprek blog gue, jangan sedih bin kecil hati ya cin (hoeeek). Soalnya yang tadi sempet kemasukkin sebelum error cuman foto yang gaada ejetnya. Mana hasil foto kelasnya juga belom ke-aplod lagi.
Huaaaaa, sabar da.

Oiya, gimana gimana? Genit ya gue mendadak pake template boneka-boneka yang gaje abis gini!?

Ohiya lupa. Mau cerita, kalo sekarang rambut gue udah kayak helm, aneh gila. Di potong 10 cm tapi jd melenceng 15 centi gini, huaaa udahlah jd ntar kalo naek motor gapake helm ga ketauan, wah parah nih. Tapi keren juga gitu ya punya helm berbahan alami, alias dari rambut. Ah, padahal kemarin waktu ejet nanya mau kemana gue jawab mau kedepan. padahal itu detik-detik terakhir with my long hair :"(
ah lebay abis gila. Tapi gue suka kok dengan gaya helm yang sekarang ;)
Eh, perasaan tadi adek gue lagi nonton tv, aduh mana ya? wah, keasikan blogging ganyadar adek pergi.
Mana ya dia?

Yah ngilang, tasnya gaada berarti udah ke sekolah. Ohhhh iya bener, td kan dia salam. Udah ah.
Wait for a minutes ya, ntar kalo udah beres errornya pasti gue masukin semua foto ;) bye..

Komentar

Posting Komentar

komentar anda, semangat saya :)))

Postingan populer dari blog ini

Resume RE: Menyolder, Membuat Rangkaian Seri dan Paralel

Gambar
Kamis lalu, kelas C2 mengikuti kelas praktikum Rangaian Elektronika. Kali ini materinya tentang solder-menyolder dan membuat rangkaian seri-paralel. Saya yang belum pernah menyolder (jangankan nyolder, tau alatnya aja baru kemarin), apalagi membuat rangkaian, cukup kebingungan waktu praktikum kemarin. Nah, maka dari itu, di sini saya bakal menjelaskan secara detail bagaimana cara menyolder dan membuat rangkaian listrik, selain untuk memenuhi tugas, juga supaya para pemula yang awalnya kebingungan kayak saya bisa mengerti dan mendapat pengetahuan baru. Apa aja yg perlu disiapkan? Alat dan Bahan 1. Solder Nah, ini dia 'main character' yang dibicarakan dari awal. Solder. Alat ini kita gunakan untuk mencairkan tinol supaya tinolnya bisa menempel di PCB dan merekatkan rangkaian yang nanti akan kita buat. 2. PCB (Printed Circuit Board) PCB adalah papan berlubang yang memudahkan kita untuk membuat sebuah rangkaian. Di atasnya lah kita akan meletakkan komponen-kompon
Read More »

#Sistem Basis Data: E-Ticketing Kereta Api

Gambar
E-ticketing atau tiket elektronik adalah suatu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari aktivitas perjalanan pelanggan tanpa harus untuk mengeluarkan dokumen berharga secara fisik. E -ticketing mempermudah pelayanan masyarakat untuk mendapatkan tiket dengan cepat. E -ticketing juga memberikan solusi terhadap masalah-masalah penyebab kepadatan penumpang yang tinggi di stasiun-stasiun untuk mengantri pemesanan tiket kereta api. Dari segi biaya, e-ticketing dapat membantu mengurangi biaya proses pembelian tiket karena kita tidak perlu datang ke tempatnya langsung. Hanya cukup menggunakan fasilitas komputer dan internet atau pun telepon. Dan hal tersebut tentu saja akan menghemat waktu serta dapat mengoptimalkan kenyamanan bagi si penumpang. Akan tetapi, dibalik keunggulannya, e-ticketing juga mempunyai kelemahan yaitu masih banyak masyarakat yang belum bisa memanfaatkan keuntungan dari sistem e-ticketing ini karena pengetahuan tentang internet yang masih terbata
Read More »

Di Balik Sebuah Buku

Gambar
  Sejenak kualihkan pandangan dari buku yang sedang kubaca. Pandanganku tepat jatuh di matanya, dan seperti magnet, tak dapat kulepaskan. Pandangannya mengisyaratkanku untuk tenang. Aku menghela nafas panjang kemudian mencoba kembali membaca. Namun gagal. Aku tak dapat kembali berkonsenterasi. Kuedarkan pandangan, berusaha melupakan senyumnya. Sepertinya berhasil. Ketika mataku kembali ke deretan huruf-huruf dalam buku itu, aku dapat membaca dan mengucapkannya dengan keras. Hingga akhirnya, kalimat terakhir pun selesai kubaca. Kini buku itu benar-benar tertutup dan turun dari hadapan daguku, seiring dengan riuhnya suara tepuk tangan teman-teman di ruangan itu. Dia memang sama sekali tak bertepuk tangan, namun senyum tulus itu sudah cukup untuk membuktikan semuanya.
Read More »