Tentang Malam dan Renung yang Redam
Tatkala laguh-lagah dunia berganti senyap, ingar-bingarnya terusir pekat. Tak perlu kau sesalkan pagi yang ingkar janji, siang yang tak melulu senang, juga senja yang tak seindah ujar pujangga. Bersujudlah, biar air mata menguap ke seluruh penjuru angkasamu. Sebagai bentuk sesal atas segala angkuh, dan kepasrahan bahwa suatu hari ‘kan kembali. Setelahnya, cukup pejamkan mata, bolehlah sesekali berkedip. Denyut waktu yang akan pegang kendali mengantarmu pada pagi. Pertanda belum habis kesempatan siapkan bekal. Saat akhirnya surya menyapa, kau biarkan sepasang cangkir menyeruakkan aroma kopi ke setiap sudut ruang. Kau sesap dalam-dalam dengan ia sang penyempurna diri. Tak lupa juga panjatkan doa dan bait syukur seraya jalani peran beriringan. Bersama, tumbuh, kuat dan menyayangi.